Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo hadir sebagai pembicara dalam Pengajian Kebangsaan di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Ahad (4/6). Dalam pengajian setelah shalat isya tersebut, Jenderal Gatot menyatakan bahwa Muhammadiyah memilik andil besar bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, ia mengaku senang bisa berkunjung ke Muhammadiyah. Kedatangannya adalah untuk berterima kasih dan mengajak Muhammadiyah terus mengabdi untuk bangsa.
“Muhammadiyah saya ucapkan terima kasih karena dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan, Muhammadiyah selalu berperan,” kata Gatot yang menjabat sebagai panglima TNI sejak 8 Juli 2015 itu.
Di hadapan 10.000 jamaah yang memadati gedung Islamic Center, Gatot menyatakan bahwa Muhammadiyah bersama dengan komponen umat Islam lainnya telah lama berjuang merebut kemerdekaan, bahkan jauh sebelum TNI lahir. “Terima kasih Muhammadiyah telah berjuang untuk Indonesia,” tutur Gatot. “TNI tidak sanggup tanpa dukungan para ulama, kiai dan santri,” tambahnya.
Tidak hanya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, Gatot berterima kasih karena Muhammadiyah dianggap mengisi kemerdekaan dengan peran-peran strategis mencerdaskan kehidupan bangsa. “Yang mencerdaskan kehidupan bangsa adalah Muhammadiyah,” tutur Gatot. Melalui lembaga pendidikannya, Muhammadiyah mencetak kader-kader bangsa.
Menurutnya, bangsa Indonesia hari ini dan kedepan memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi bersama oleh semua komponen bangsa. “Indonesia sangat diperebutkan dan ingin dihancurkan,” katanya. Termasuk tantangan keberagaman di tengah kebhinnekaan. Muhammadiyah, kata Gatot, telah berhasil mendidik masyarakat untuk cinta tanah air. Melalui lembaga pendidikan yang dimilikinya.
Tak hanya itu, melalui organisasi otonom Hizbul Wathan, Muhammadiyah telah mencetak banyak tokoh. “Muhmmadiyah dengan Hizbul Wathan, pramuka-pramuka, pandu-pandu ini luar biasa mengajarkan soft militerisme, semangat cinta tanah air, bela negara, rela berkorban, dan merebut kemerdekaan,” urai Gatot.
“Kita masih bisa bersatu karena masih ada Muhammadiyah,” kata Gatot yang menyatakan bahwa penduduk Indonesia sebenarnya merupakan para ksatria dan pejuang. Buktinya, semua suku memiliki senjata tradisional dan tarian perang. Oleh karena itu, semua suku, agama dan pihak berbeda harus bisa saling menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan fasih, Gatot memaparkan tentang kiprah beberapa tokoh Muhammadiyah, seperti KH Ahmad Dahlan hingga Jenderal Sudirman. “TNI lahir dari ibu kandung, bahkan panglima pertamanya, dari Muhammadiyah,” katanya.
Gatot lalu mengutip pernyataan Jenderal Sudirman dalam acara Ta’aruf Keluarga Besar Muhammadiyah, yang dikutip dari Majalah Suara Muhammadiyah, edisi bulan Juli 1946, “Kuatkan persatuan kita. Pegang teguh pendirian kita. Berjuang terus di bawah satu komando, mewujudkan dan mempertahankan kedaulatan serta kemerdekaan negara Republik Indonesia, supaya kita dapat syukur dan gembira yang abadi. Sekali merdeka, tetap merdeka. Sekali diproklamasikan, tetap kita pertahankan.”
Menurut Gatot, ke depan Indonesia menghadapi beberapa tantangan dari dalam dan dari luar. Di antaranya adalah loncatan pertumbuhan penduduk yang melebihi kapasitas normal daya tampung bumi, kekurangan sumber daya pangan dan energi, krisis minyak dan sumber daya alam, hingga migrasi penduduk. Termasuk juga ancaman terorisme dan paham radikal. “Ancaman ke depan semakin nyata dan perlu antisipati,” papar Gatot.
Menghadapi semua ancaman yang semakin tampak nyata itu, Jenderal TNI mengajak Muhammadiyah dan semua komponen bangsa untuk terus ikut serta terlibat mencari solusi. “Kader Muhammadiyah taat agama dan peduli pada krisis kemanusiaan,” katanya.
(Disadur dari Suara Muhammadiyah)