Batik Truntum
Batik ini diciptakan Kanjeng Ratu Kencana, yakni Permaisuri dari Sunan Paku Buwana III yang menjadi salah satu dari tujuh motif Batik Solo yang paling memukau dunia. Secara etimologi, truntum itu sendiri berasal dari isitlah teruntum–tuntum (bahasa Jawa) artinya tumbuh lagi. Taruntum memiliki arti senantiasa bersemi dan semarak lagi. Batik truntum memiliki pola yang halus dan sederhana. Bermotif seperti taburan bunga-bunga abstrak kecil, atau menyerupai kuntum bunga melati. Terkadang berbentuk seperti bintang yang bertaburan di langit. Biasanya batik jenis truntum ini dipakai oleh pengantin perempuan dalam acara midodareni, dipakai juga pada acara panggih.
Motif Batik Truntum sering dimaknai sebagai kasih sayang, penuntun atau bisa juga dimaknai sebagai panutan seperti gerakan dakwah Aisyiyah yang melintas zaman, yang telah melahirkan perempuan berkemajuan yang mencerahkan peradaban bangsa.
Bengawan Solo
Bengawan Solo adalah sungai kebanggan masyarakat Surakarta, kota tempat dimana Muktamar Aisyiyah akan digelar. Sifat air yang selalu mengalir ke tempat rendah analog dengan sikap rendah hati pada manusia. Air selalu ingin berguna bagi makhluk hidup yang ada di bawahnya. Ibarat pemimpin, air adalah pemimpin yang melayani. Jika ia berada di posisi teratas, maka ia akan menjadi pelayan bagi orang-orang yang membutuhkan di bawahnya. Air identik dengan sumber kehidupan, sumber inspirasi yang selalu mengalir bagaikan gerakan dakwah Aisyiyah yang melintas batas. Ikon bengawan Solo dan Batik Truntum dikemas dalam warna kuning-orange menggambarkan kehangatan, kecerdasan, semangat dan intelektual
Sang Surya / Bunga Matahari
Sinar berwana biru yang diambil atas dasar logo Aisyiyah yang bermakna dakwah yang mencerahkan, yang kemudian bentuknya dimodifikasi dengan salah satu ornament/elemen dari Gedung Siti Walidah, UMS menggambarkan tempat digelarnya Muktamar Aisyiyah 48
Jenis Huruf
Jenis huruf yang dipakai dalam penulisan logo menggunakan huruf Gotham Bold dan Gotham Book, Italic berwarna biru kombinasi hijau muda yang mengesankan modern, kokoh tetapi fleksibel/luwes. Penulisan menggunakan “huruf kecil” (lowercase) bermakna kesetaraan dan kelembutan.
Sumber: Website muhammadiyah